2023-11-29
Bahasa Jawa seolah tidak menghadapi bahaya seperti halnya Aksara Jawa sehingga perlu upaya membumikan aksara Jawa. Di Surabaya Walikota menurunkan surat perintah penggunaan aksara Jawa sebagai bentuk mitigasi budaya (aksara Jawa).
Sebagai pengguna bahasa Jawa dan saking dekatnya dengan bahasa itu sendiri, sang pengguna sering dibuat terlena. Mereka tidak menyadari bahwa di sekelilingnya telah hadir peradaban manca. Bahasa asing. Perlahan tapi pasti peradaban baru itu menggesernya.
Kota Surabaya semakin heterogen. Di era kolonial dan dibuktikan dengan fakta perkuburan Eropa Peneleh, penduduk Surabaya sudah terdiri dari berbagai kebangsaan, kosmopolitan: Belanda, Inggris, Perancis, Jerman, Italia, China dan Jepang.
Belum lagi suku bangsa dari belahan Nusantara seperti Bugis, Ambon, Sunda, Batak, Melayu Bali dan Papua serta Madura. Masing masing memiliki bahasa yang berbeda dari bahasa Jawa.
Heterogenitas ini secara langsung berpengaruh pada bahasa ibu penutur lokal. Pengaruh lingkungan secara sosial dan budaya berdampak pada penutur lokal. Disana terjadi pergeseran penggunaan bahasa. Biasanya menggunakan bahasa ibu, karena tuntutan dan penyesuaian lingkungan, penutur lokal tidak lagi utuh menggunakan bahasa lokal (Jawa), tapi bergeser ke bahasa Indonesia dan bahasa lainnya baik Nusantara maupun Mancanegara.
Belum lagi ditambah dengan adanya kawin campuran. Munculnya bahasa baru akan berpengaruh kepada lingkungan keluarga. Penggunaan bahasa pun saling menyesuaikan. Cepat atau lambat, bahasa Jawa akan tergantikan oleh bahasa lainnya